cari jodoh wali

Pages

Banner 468 x 60px

 

Minggu, 11 Mei 2014

metode tilawatil qur'an.

1 komentar
alqur'an
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai wahyu, keagungan Al-Qur’an sampai saat ini tetap tidak terbantahkan, hingga oleh kitab samawi lainnya sekalipun. Kehebatan kitab samawi terakhir ini selain merupakan doktrin keimanan, juga pembuktian realitas di atas durasi zaman yang selalu menyuguhkan kebenaran-kebanaran ungkapan Al-Qur’an. Demikianlah adanya, kitab suci Al-Qur’an tidak akan pernah terlampaui kandungannya, bahkan sampai kiamat kelak. Kehebatan wahyu terakhir ini tidak sebatas kandungan maknanya yang selalu senafas dengan denyut peradaban manusia, tapi lirik irama kata-katanya senantiasa memabukkan pencandu sastra. Setiap lirik dari bait ayat Al-Qur’an memiliki nilai dan maksud tersendiri, bahkan semua tempatan kata tidak akan pernah mungkin sia-sia. Disamping itu, keistimewaan lain yang hanya dimiliki Al-Qur’an adalah kitab satu-satunya yang bernilai ibadah (al-ta’abbud) ketika dibaca. Sehingga, dalam sebuah hadits disebutkan, ganjaran pahala membaca Al-Qur’an tidak dihitung oleh Tuhan dengan jumlah kalimat, tapi dengan hitungan huruf. Disinilah bagian dari ragam keagungan Al-Qur’an. Kitab yang tidak akan pernah sepi dari ulasan berbagai pengetahuan manusia, sehingga seolah menyimpan daya magnetis yang selalu memikat untuk dikaji, diteliti, diulas hingga akhirnya diyakini. Daya magnetik kandungan Al-Qur’an bahkan melampaui ukuran rasionalitas, karena terdapat banyak hal yang bersifat imanen, transendental dan berada dalam area yang abstrak. Walau demikian, kitab suci Al-Qur’an tidak melulu fokus pada persoalan kerohanian. Keagungannya justru “dijumpai” dan dirasakan pada nilai-nilai kontekstualitas yang dinamis, tidak stagnan, tidak pasif apalagi mati. Ungkapan Al-Qur’an juga tidak mengerucut pada aturan-aturan teoritik yang terkesan sangat idealistik. Akan tetapi selalu berdialog dengan realitas yang selalu progresif. Hal ini terlihat dari penamaannya sebagai wahyu, yang secara leksikal, memiliki pengertian yang lebih umum dari sekedar tulisan (al-kitab),mengingat al-kitab merupakan bagian dari al-wahyu yang pernah diturunkan oleh Allah swt kepada para Rasul-Nya. Menurut Majd al-Din al-Fayruz dalam kamus al-Muhit, wahyu berarti isyarat, tulisan, risalah, ilham, perkataan yang tersembunyi (al-kalam al-khafy) dan setiap perkataan yang disampaikan kepada orang lain. Ibn al-Manzur dalam karyanya yang menumental Lisan al-Arab, mendefenisikan hal yang agak serupa. Menurut dia, awha yang berasal dari waha (asal kata wahyu) bisa berarti kataba (menulis) yang juga berarti al-maktub,al-kutub dan al-khat. Identitas Al-Qur’an sebagai wahyu menjadikannya kitab yang suci, yang selalu terjaga keorisinalan teks-teks (nusush) sepanjang zaman, sehingga bahasan Al-Qur’an senantiasa dialogis dalam segala ruang dan waktu. Hal ini karena cakupan Al-Qur’an sangat menyeluruh, mencakup segala dimensi kehidupan, baik dimensi keduniaan maupun keakhiratan. Dengan demikian, adalah sangat wajar jika mengkorelasikan kandungan Al-Qur’an dengan segala problematika kemanusiaan, baik teknologi, ekonomi, sosial maupun budaya. Dalam ungkapan Al-Qur’an, terdapat kalimat “tibyan li kulli syai’i” (penjelas segala hal) yang menegaskan bahwa tidak satupun persoalan yang tidak ditemui solusinya oleh Al-Qur’an. Walau, dalam bahasa yang kadang general (‘am), tidak spesifik, akan tetapi, dengan gaya ungkapan itulah, Al-Qur’an tetap akan acceptable dalam dinamika zaman. Ragam lain dari keagungan Al-Qur’an adalah memiliki nilai ‘ukhrawiyah’ ketika dibaca. Walau dalam pengertian yang sempit, membaca berarti mengeja runutan setiap teks hurufnya. Akan tetapi, membaca dalam perspektif Al-Qur’an tidaklah memadai jika tidak dibarengi dengan bacaan-bacaan kontekstual. Artinya, membaca ayat al-maktubah (teks tertulis) semestinya menjadi hulu dari saluran bacaan ayat al-kawniyah (fenomena alam). Sehingga, bacaan (tilawah) terintegrasi kedalam pola pikir, tindakan dan amal yang nyata. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian tilawati Al-Qur’an? 2. Apa yang menyebabkan lahirnya tilawati Al-Qur’an? 3. Bagaimana penerapan system tilawati ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui Apa pengertian tilawati Al-Qur’an 2. Untuk mengetahui Apa saja yang menyebabkan lahirnya tilawati Al-Qur’an 3. Untuk mengetahui Penerapan system tilawati BAB II PEMBAHASN A. Pengertian Metode Tilawati Tilawah berasal dari kata talaa-yatluu-tilaawah yang berarti membaca atau menelaah. Kata Tilawah terdapat di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 121:     •             Artinya : orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi. (Q.S Al-Baqarah:121) Metode tilawati yaitu suatu metode atau cara belajar membaca Al-Qur’an dengan cirri khas menggunakan lagu rost dan menggunakan pendekatan yang seimbang antara pembiasaan melalui klasikal dan kebenaran membaca melalui individual dengan tekhnik baca simak. Metode ini aplikasi pembelajarannya dengan lagu rast. Rast adalah Allegro yaitu gerak ringan dan cepat. B. Deskripsi Metode Metode tilawati ini timbul karena keperihatinan para aktifitis yang sudah lama berkecimpung di TPA/TPQ karena masih banyak kalangan umat muslim yang belum bias membaca dan menulis Al-Qur’an ( buta huruf Al-Qur’an ). Oleh karena itu Drs. H. Ali Muaffa bertekad untuk membuat suatu metode yang praktis , cepat, dan lancer. Lahirnya metode tilawati ini disebabkan antara lain : a. Bergesrnya peran orang tua terhadap anak ( kurang efektif ) b. Terhapusnya pelajaran pegon ( arab gundul ) di sekolah c. Perkembangan zaman yang kurang kondusif bagi pendidikan Al-Qur’an d. Sebagai guru kehilangan cara efektif untuk mengajar Al-Qur’an sehingga mutu pendidikan kian merosot e. Penggunaan sebuah metode yang tidak maksimal dan total sehingga berjalan setengah-setengah f. Fenomena yang terjadi anak biasanya khatam dari sebuah metode pembelajaran Al-Qur’an terlalu lama g. Keadaan manajemen TPA/TPQ banyak yang semrawut, hanya sekedar mengajarkan Al-qur’an sebisanya Metode tilawati dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an yaitu suatu metode atau cara belajar membaca Al-Qur’an dengan cirri khas menggunakan lagu rost dan menggunakan pendekatan yang seimbang antara pembiasaan melalui klasikal dan kebenaran membaca melalui individual dengan tekhnik baca simak. Metode ini aplikasi pembelajarannya dengan lagu rost. Rost adalah Allegro yaitu gerak ringan dan cepat. Pendekatan klasifisikal dan individual dan untuk mendukung dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif maka penataan kelas diatur dengan posisi duduk peserta didik melingkar membentuk huruf U sedangkan guru di depan tengah sehingga interaksi guru dan peserta didik mudah. Format U dalam proses pembelajaran tilawati sangatlah bagus karena peserta didik dapat terkontrol semua oleh pendidik baik klasikal maupun individual. Adanya penekanan-penekanan dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar diperlukan latihan yang terus menerus dengan mengoptimalkan potensi yang ada pada diri manusia yaitu; otak, mata, mulut dan hati. Saat anak diminta untuk membaca secara perlahan-lahan, pada saat itu pula diharapkan terjadi fokusisasi atau keseimbangan pada komponen anatomisnya, sehingga menghasilkan bacaan yang benar. Dengan latihan membaca secara terus-menerus diharapkan membant dan mempercepat proses kelancaran tilawahnya, dengan criteria, membaca dengan cepat dan bertajwid. Selain itu, dalam metode tilawati ini juga sangat mengedepankan kompetisi dan komunikasi yang baik diantara guru dengan muridnya. Untuk membentuk murid yang mampu belajar dengan baik dan tertib serta berlatih membaca terus-menerus secara mandiri, bukanlah perkara yang mudah. Hal ini sangat memerlukan peranan dari seseorang guru yang mampu menguasai dan mengarahkan anak didik atau santrinya untuk memahami tugas dan tanggung jawabnya serta menjalani proses belajar dengan perasaan yang menyenangkan sebagai langkah awal untuk memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar. Dalam metode tilawati ini terdapat/tersusun menjadi beberapa jilid, yaitu mulai jilid 1 sampai dengan jilid 5, ditambah jilid 6 yang berisi tentang bacaan ghorib dan musykilat ( bacaan-bacaan yang sulit dalam Al-Qur’an ). Dan pada setiap jilidnya terdiri dari 44 halaman dengan desain cover yang lux, selain itu pada setiap jilidnya juga dicantumkan syarat umum menjadi guru pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan metode tilawati, serta pokok bahasan atau materi yang akan diajarkan pada setiap jilidnya. C. System pembelajaran metode tilawati Adapun system pembelajaran metode tilawati ini adalah sebagai berikut : a) Eja langsung, huruf-huruf yang ada langsung dibaca atau di eja langsung tanpa harus mengejanya satu persatu misal: a, ba, ta, dan seterusnya b) Klasikal atau simak, setelah ustadz/ustadzah memberikan contoh bacaan maka santri kemudian mengikuti atau membacanya secara bersama-sama dengan melihat alat peraga yang tersedia c) Variatif , disusun menjadi beberapa jilid buku yaitu jilid 1 sampai jilid 6 dengan desain cover yang lux, serta pada setiap bahasan atau bacaan yang disampaikan selalu ditandai atau dibedakan dengan menggunakan tinta merah d) Modul santri yang sudah menamatkan jilidnya dapat melanjutkan jilid berikutnya D. Struktur metode tilawati Adapun struktur tilawati adalah sebagai berikut : Tilawah jilid 1 a. Pengenalan dan pemahaman huruf hijaiyah berharokat fathah tidak berangkai Contoh : أ، ب ، ت، ث dan seterusnya b. Penenalan dan pemahaman huruf hijaiyah berharokat fathah berangkai Contoh : بتث = ب ت ث c. Penenalan dan pemahaman huruf hijaiyah asli Contoh : Alif = أ Tsa’ = ث Ba’ = ب Jim = ج Ta’ = ت Tilawati jilid 2 a. Kalimat berharokat fathah, kasroh, dan dhomah Contoh : ولك ولك و لك b. Kalimat berharokat fathahain, kasrohtain, dan dhomahtain Contoh : حسنا رحيم حاسد c. Bentuk-bentuk ta’ Contoh : ت = ة d. Bacaan/ kalimat panjang satu alif Contoh : ج – جا ب- با e. Fathah panjang, kasroh panjang, dhomah panjang Contoh : معه بطيه امن f. Dhomah diikuti waw sukun, ada alifnya atau tidak ada alifnya tetap dibaca sama panjangnya Contoh : قالوا Tilawati jilid 3 a. Membunyikan huruf yang disukun Contoh : زمهريرا- ز املهم - ا b. Lam sukun dan didahului dan huruf yang berharokat Contoh :ولا خرة = ول اخرة c. Lam sukun berhadapan dengan hamzah bersyakal hidup Contoh : قوم - كوكبا d. Fathah diikuti waw sukun Contoh : اين – شيء e. Fathah diikuti ya’ sukun Contoh : Tilawati jilid 4 a. Huruf-huruf bertasydid Contoh : سلم س ل ل = سل b. Tanda panjang ( mad wajib dan mad jaiz ) Contoh : ماء = ماء c. Bacaan nun dan mim tasydid Contoh : انا = ان نا عما = عم ما d. Cara mewaqofkan Contoh : يقين – يقين – يقين -يقين e. Lafdhul jalalah contoh : الله والله f. Alif lam syamsiyah Contoh : والسارق = وسارق g. Bacaan ikfa’ hakiki Contoh : ن – اندادا – عندها = ن رسول كريم h. Waw yang tidak ada sukunnya Contoh : اولئك = ا لئك i. bacaan idghom bighunnah contoh : من ماء = مم ماء tilawati jilid 5 a. Bacaan idghom bighunnah Contoh : ن = ي لقوم يعملون b. Bacaaan iqlab Contoh : ن = ب من بعدهم c. Bacaan qolqolah Contoh : ق – ط – ب – ج – د يقرءون d. Bacaan ikfa’ syafawi Contoh : م = ب بينهم موبقا e. Bacaan idghom bilaghunnah Contoh : ن = ر ل ان لم يكن E. Tujuan Pembelajaran Tilawati Sesuai dengan latar belakang sejarah tilawati, maka metode tilawati mempunyai tujuan umum sebagi berikut : a. Ikut andil dalam mencerdaskan anak bangsa suapaya bias membaca Al-Qur’an dengan lancer dan benar b. Nasyrul ilmi ( menyebarluaskan ilmu ) khususnya ilmu Al-Quer’an c. Memasyarakatkan Al-Qur’an dengan metode tilawati d. Membetulkan yang salah dan menyempurnakan yang kurang e. Mengajak mendarus dan musyafahah Al-Qur’an sampai khatam Adapun tujuan khusus pembelajaran Al-Qur’an dengan metode tilawati ini adalah : 1. Santri mampu membaca Al-Qur’an dengan tartil ( lagu rost ) 2. Santri mampu membenarkan bacaan Al-Qur’an yang salah 3. Santri mampu belajar tuntas ( tuntas belajar secara individu 70% dan tuntas secara kelompok 80% 4. Dapat khatam jilid maximal 24 bulan ( 2 tahun ) 5. Dapat khatam 30 juz Al-Qur’an maximal 18 bulan ( 1,5 tahun ) F. Prinsip pembelajaran tilawati a. Disampaikan dengan praktis ( pendekatan praktis bukan teoritis ) b. Menggunkan lagu/irama rost c. Menggunakan pendekatan klasikal dan individual ( baca simak ) secara seimbang Sedangkan dalam manajemennya, metode tilawati berpatokan pada prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Kualitas yang diarahkan pada pengguna 2. Perbaikan berkelanjutan ( continuous improvement ) 3. Perbaikan sedikit demi sedikit ( step by step improvement ) 4. Partisipasi total 5. Perubahan kultur ( change of culture ) 6. Cepat-tanggap G. Keuntungan menggunakan metode tilawah Metode tilawah memberikan beberapa keuntungan yaitu: a. Santri mampu membaca al-qur’an dengan tartil b. Santri mampu membenarkan bacaan al-qur’an yang salah c. Ketuntasan belajar santri secara individu 70% dan secara kelompok 80% BAB III KESIMPULAN A.kesimpulan Metode tilawati ini timbul karena keperihatinan para aktifis yang sudah lama berkecimpung di TPA/TPQ karena masih banyak kalangan umat muslim yang belum bisa membaca dan menulis al-qur’an (buta huruf al-qur’an) . Oleh karena itu Drs. H. Ali Muaffa bertekad untuk membuat suatu metode yang praktis , cepat, dan lancar. Dalam metode tilawati ini terdapat/tersusun menjadi beberapa jilid, yaitu mulai jilid 1 sampai dengan jilid 5, ditambah jilid 6 yang berisi tentang bacaan ghorib dan musykilat ( bacaan-bacaan yang sulit dalam Al-Qur’an ). Dan pada setiap jilidnya terdiri dari 44 halaman dengan desain cover yang lux, selain itu pada setiap jilidnya juga dicantumkan syarat umum menjadi guru pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan metode tilawati, serta pokok bahasan atau materi yang akan diajarkan pada setiap jilidnya. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahim Hasan, dkk, Strategi Pembelajaran Al-qur’an Metode tilawah.Surabaya:Pesantren Al-qur’an Nurul Falah, 2010. Departemen Agama Refublik Indonesia,Al-qur’an dan terjemahnya . Surabaya, Cv, Jaya sakti, 1997, Hlm 5 Raudhatul Mujawwidin, Ilmu Tajwid , Jakarta : Sinar Grafika Offset,2009,Hlm. 45 http://heldamdi.blogspot.com/2013/06/makalah-ulumul-quran-b.html

1 komentar:

Unknown mengatakan...

barangsiapa yang tidak melagukan bacaan alqur'an maka tidak dianggap golongan ku. (nabi muhammad). H.R. Abu Dawud.

Posting Komentar